Mengenai Saya

Foto saya
Yogyakarta, D.I.Yogyakarta, Indonesia
memuat karya random para personil klub Rabu FLP Yogyakarta: Ashif, Bunda, Dyah, Whisnu, Sobat, Ana, Dwi, Rizko, dan Lido.

Senin, 13 Desember 2010

Taking Notes and Gathering Information Tips

oleh Dyah Setyowati Anggrahita, 
http://debookbug.blogspot.com/


Sekarang ini saya lagi mempelajari buku berjudul “A Reader for Developing Writers”. Buku terbitan McGraw Hill yang disusun Santi V. Buscemi ini berisi berbagai tips dan latihan agar pembaca bisa mengembangkan kemampuan penulisnya. Saya sendiri berharap dengan mempelajari buku ini—terutama dengan mengerjakan latihan-latihannya—saya bisa piawai menulis non fiksi. Buku ini bisa dipinjam di perpustakaan pusat UGM, depan KOPMA.

Dalam bab “Getting Started”, terdapat tips untuk memaksimalkan kegiatan membaca dan penjelasan tentang proses menulis. Sekaligus merangkum hal mendasar ini, saya juga ingin membaginya untuk teman-teman klub Rabu. Semoga bermanfaat.

Pelajaran pertama yang ingin saya bagi adalah tentang “Making the Most of Your Reading”. Dikatakan bahwa: “Reading and writing are closely related. The more you read, the better writer you will become. The more you write, the easier reading will be. … Reading is a struggle, but it will make you a better thinker and writer.”

Pernah dengar SQ3R? Ini adalah satu metode membaca yang banyak dikenal dan dipraktekkan orang. Tidak hanya dalam buku ini saja saya dijelaskan tentang metode satu ini, tapi juga dalam buku “Speed Reading, Sistem Membaca Cepat dan Efektif” (bisa dipinjam juga di perpus pusat) karangan Soedarso (GPU, 1999). SQ3R adalah:
1.   Survey
Sebelum membaca, survei dulu isi bacaan untuk mendapat gagasan umum apa yang akan dibaca. Prabaca ini dapat juga digunakan untuk menimbang-nimbang apakah bacaan tersebut sesuai dengan apa yang kita butuhkan.
2.   Question
Dari gagasan umum yang sudah didapat, kemukakan pertanyaan-pertanyaan yang kiranya akan bisa ditemukan jawabannya dari bacaan tersebut.
3.   Read
Cukup jelas. Saya sarankan membaca buku tentang membaca cepat karangan Soedarso tadi supaya tahu mana yang patut dibaca dan mana yang tidak dari suatu bacaan.
4.   Reread and take notes (atau Recite/ Recall versi Soedarso)
Berhenti sejenak setelah membaca. Renungkan, apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tadi sudah terjawab? Baca ulang dan buat catatan tentang hal-hal penting yang didapatkan dari bacaan tersebut.
5.   Review
Cobalah merespon hal-hal yang dicatat tadi. Cara ini dapat memperjelas pemahaman kita akan bacaan tersebut.

Ini adalah tips untuk tahap nomor 4 dari metode di atas. Taking notes. Saya kira ini bagus juga untuk diterapkan setiap kali kita membaca—di buku milik sendiri tapinya.
  • Peganglah pulpen, pensil, apapun inginmu, saat membaca.
  • Garis bawahi gagasan utama tulisan dan paragraf. Kalau gagasan utama tidak dinyatakan, tulis saja di margin.
  • Lingkari atau highlight-i kata-kata, frase, atau kalimat yang meyakinkan, menyentuh hati, dan semacamnya.
  • Ajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai gagasan atau opini penulis (tulis saja pada teksnya), setuju atau tidak?
  • Bubuhkan tanda tanya pada kata, frase, istilah, dan semacamnya yang kurang dikenal.
  •  Paling penting nih katanya, tambahkan kata-katamu sendiri. Kaitkan gagasan dengan dirimu, atau orang-orang yang kamu tahu. Ini bakal menginspirasimu untuk menulis tentang subyek yang sama dengan caramu sendiri.
Apa yang kamu baca bakal penuh dengan coret-coretanmu pastinya. Tapi kalau itu bukumu sendiri, tidak masalah kan?

Setelah mengkaji bacaan dan tergelitik oleh gagasan-gagasan yang didapat darinya, sekarang kita pelajari proses menulis. Ada empat langkah penting dalam menulis, yaitu prewriting, drafting, revising, editing/proofreading. Prewriting sendiri terdiri dari tiga langkah penting yaitu menentukan tujuan menulis, sasaran pembaca, dan gaya tulisan; mengumpulkan informasi; dan membuat kerangka.

Berdasar pengalaman saya, salah satu kendala penting dalam membuat tulisan non fiksi terletak pada tahap mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Kalau menurut Soedarso, menggunakan satu sumber saja akan memperbesar godaan untuk memplagiasi. Kumpulkan sumber sebanyak-banyaknya agar kita bisa membandingkan gagasan satu dengan gagasan lain dan merumuskannya jadi gagasan kita sendiri. Juga untuk memperkaya fakta dong tentunya, dan sekian manfaat lain.

Namun adakalanya kita terlalu banyak mengumpulkan sumber dan tak punya cukup waktu untuk membacanya—boro-boro mengorganisasi informasi-informasi penting di dalamnya. Masalah ini sudah coba Soedarso jawab dalam bukunya. Kalau dalam bukunya Buscemi sendiri, ada tujuh teknik pengumpulan informasi yang ditawarkan:
1.   Listing
Ini berarti membuat daftar dari hal-hal yang kita rasa paling penting, paling menakjubkan, paling berkesan, paling apalah, yang kita dapatkan dari sumber-sumber kita. Tidak mesti dari bacaan sebetulnya, kita pun bisa membuat daftar mengenai hal-hal apa saja yang kepikiran di otak kita mengenai topik yang akan dijadikan tulisan.
2.   Focused freewriting
Freewriting adalah teknik yang paling lumrah dilakukan untuk mengatasi writer’s block. Teknik ini berarti menyediakan selembar kertas kosong untuk ditulisi apapun yang melintas di kepala selama 5 sampai 10 menit tanpa henti. Seperti itu juga focused freewriting, hanya saja apa yang ditulis dibuat lebih terarah.
3.   Clustering
Ini sebetulnya sama saja seperti listing dan focused writing tadi, hanya saja bentuknya dibuat seperti bagan. Disebut juga mapping atau webbing, siapapun yang sudah tahu konsep mindmapping tentu tahu bagaimana cara mempraktekkan teknik yang satu ini. Seperti tujuan dari konsep mindmapping itu sendiri, gagasan kita dalam bentuk ini jadi lebih terorganisir.
4.   Drawing a subject tree
Kalau clustering bentuknya mungkin seperti jaring, subject tree ini hampir seperti bagan struktur kepengurusan OSIS dengan nama begitu banyak staf berbaris di bawah nama kepala bidangnya.
5.   Brainstorming
Teknik ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Bisa dengan mengumpulkan teman-teman dan meminta mereka urun ide, maupun dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan layaknya wartawan (5W1H).
6.   Interviewing
Kelebihan teknik ini ialah dapat memberikan kita perspektif lain, dan mungkin juga informasi-informasi yang belum pernah kita pelajari.  Ini seperti langkah lanjut dari langkah sebelumnya, brainstorming. Setelah membuat pertanyaan-pertanyaan, kita temui orang yang tahu banyak tentang topik yang akan kita tulis.
7.   Summarizing
Ini berarti meringkas gagasan penulis lain dan menuliskannya dengan kata-kata kita sendiri. Jangan lupa disebutkan sumbernya lo.

Oke, rangkumannya sampai di sini saja dulu. Kalau ingin tahu lebih lengkapnya, silahkan cari sendiri bukunya di perpus pusat, hehehe. Sebagai penutup, ini saya kutip sebuah kalimat dalam buku ini yang menurut saya bagus, “Just remember that writing is a process of discovery; the deeper you get into it, the better you will understand what you have to say.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar